Jumat, 05 Oktober 2012

RADIO, NASIBMU KINI......

Di era 90 an, media radio sangatlah populer, karena pada masa itu sangat jarang orang yang memiliki televisi, bahkan telepon atau internet merupakan hal yang tak mungkin saat itu (terutama di daerah). Karenanya media radio AM yang kemudian disusul FM menjadi sangat populer. Bahkan menjadi seorang penyiar radio saat itu merupakan sebuah profesi yang bergengsi, karena ketenarannya seperti artis yang sangat populer :)


Banyak sekali Stasiun Radio yang bermunculan di daerah-daerah, karena menyimpan potensi bisnis yang luar biasa. Para pemasang iklan saat itu berlomba-lomba memasang iklan di radio-radio yang tersebar di berbagai daerah. Karena saat itu memang hanya Radio yang bisa diakses oleh masyarakat sebagai media hiburan dan informasi yang sangat murah serta ga ribet. Cukup dengan baterai ukuran A1 beberapa buah dan perangkat Radio sederhana, masyarakat sudah bisa mendengarkan lagu-lagu kesukaan mereka yang diputar di radio-radio yang saat itu masih menggunakan Kaset Tape sebagai media pemutaran materi lagu dan iklan.

Seiring dengan perjalanan waktu, makin berkembangnya teknologi dan aliran listrik yang mulai masuk ke desa-desa di daerah, membuat masyarakat makin banyak pilihan dalam memilih hiburan. Mulai dari televisi, kemudian booming VCD dan DVD player, lalu kini Internet dengan jejaring sosialnya yang sudah bisa diakses meski dari kampung yang terpencil (asal ada sinyal hp), membuat radio makin terlupakan.

Satu persatu Stasiun radio mulai berjatuhan. Kalau dulu era 90 an banyak orang yang mendirikan Stasiun Radio, maka kini kebalikannya, banyak pemilik radio yang menjual saham kepemilikan di radionya. Karena mereka sudah tak mampu lagi bersaing dengan kerasnya persaingan dengan media lainnya. Kalau dahulu porsi iklan sebagian besar masuk ke media radio, maka kini dari 100 persen anggaran iklan nasional, media radio hanya kebagian 2 % nya saja. Itupun mesti dibagi dengan ribuan radio yang masih berjuang untuk bertahan hidup. Belum lagi gaji para penyiar radio yang kadang sering ga bayaran alias kerja bakti. :(

Bukan hanya itu saja, ribetnya birokrasi dalam pengurusan perijinan radio juga menjadi biang keladinya matinya ratusan stasiun radio secara sia-sia. Tumpang tindih dan ego sektoral serta tidak jelasnya peraturan banyak membuat pemilik stasiun radio kebingungan mengurus perijinan. Kalau dulu sih cukup ikut PRSSNI yang saat itu diketuai oleh anak Alm. Soeharto, perijinan akan lancar tidak ada masalah (asal yang punya radio bukan “cina” versi orba). Setelah reformasi, perijinan radio sempat “kosong”, namun setelah keluar UU Penyiaran yang menghasilkan KPI sebagai kontrol penyiaran, mulailah perang sektoral perijinan radio berlangsung, antara KPI, Kominfo, dan Pemerintah Daerah merasa berhak mengatur dan mengeluarkan perijinan. Dari yang namanya IMB, HO, SIUP, TDP, IPP, ISR, Sertifikasi, EDP, FRB dll…. hufftt…

Meski begitu, tidak semua Stasiun Radio tumbang, karena ada juga Radio yang makin berkibar karena bisa mengikuti perkembangan jaman. Hanya mereka lah pemilik yang berjiwa Radio yang terus bertahan dan akan selalu bertahan, karena meski sebagian menganggap radio itu ketinggalan jaman, tetap saja ada peminatnya yang bahkan cenderung bertambah terutama di kota besar, karena sekarang kemacetan membuat pengemudi membutuhkan informasi dan hiburan yang bisa diakses dari radio di mobil. hehehe

Satu hal yang diharapkan saat ini banyak radio yang hanya dengan ijin Tuhan, berani bersiaran dan mencari iklan kesana kemari. Balmon sebagai polisi frekuensi pun masih tebang pilih. Banyak Radio dengan ijin Tuhan masih bersiaran tanpa ada sanksi, coba kalu ada radio dengan Ijin Negara yang ijinnya telat dikit aja langsung digaruk. Jadi mungkin lebih sakti Ijin Tuhan dibanding Ijin Negara. hahaha….

padahal urus ijin radio saat ini susahnya bukan main, belum biayanya… dah gitu ga jadi-jadi lagi… hadeeh…

  http://hiburan.kompasiana.com/musik/2012/07/02/radio-nasibmu-kini/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apa pendapat anda tentang blog ini....