Jumat, 03 Juni 2011

RETELLING (Menulis untuk telimga)

Meskipun kita bekerja di radio, kita tidak akan lepas dari pekerjaan tulis menulis. Tidak mungkin seorang penyiar bisa menyampaikan materi siaran, informasi atau berita yang terdiri dari beberapa kalimat secara instan tanpa persiapan sebelumnya. Dan seorang penyiar akan nampak lebih siap jika saat siaran dilengkapi dengan naskah siaran.

Seringkali saya menggunakan istilah retelling atau ‘menuturkan ulang’ untuk menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh scriptwriter maupun penyiar baik dalam penulisan naskah berita atau naskah siaran. Saat siaran, kita menuturkan ulang berita dan informasi yang kita dapat, serta menuturkan ulang ke pendengar apa yang ada dibenak kita. Bukan membaca ulang!

Kadang kita hanya mengajarkan penyiar untuk bisa siaran dengan baik, namun lupa mengajarkan bagaimana menulis naskah siaran yang benar. Bagaimana membuat tulisan untuk siaran radio?

Sejak kita sekolah, kita sudah mengenal tulis menulis. Namun, pada saat itu, kita diajarkan menulis untuk mata dimana kita menulis untuk dibaca orang lain dengan diam dan untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk diucapkan. Sedangkan menulis naskah radio, adalah menulis untuk telinga. Dimana kita menulis sesuatu yang akan kita utarakan atau kita menulis sesuatu sebagaimana ingin kita dengarkan.
Mengapa harus ada perbedaan antara menulis untuk mata dan menulis untuk telinga? Jawabannya bisa diketahui jika kita memahami karakteristik dari kedua indra manusia ini dalam merespon kata-kata.

Mata
pada saat membaca dapat menampung beberapa kata dalam waktu yang bersamaan, bahkan melihat lebih dari satu baris kalimat sekaligus. Rata-rata pembaca dewasa hanya memerlukan waktu sepertiga detik untuk menangkap kumpulan kata yang dibacanya, berhenti sekitar seperempat detik untuk memahaminya, kemudian melanjutkan ke kelompok kata berikutnya. Jika ditengah perjalanan ada pengertian yang kurang dipahami, pembaca bisa kembali mengulang untuk melihat kelompok kata yang baru saja dibacanya.

Telinga
memahami kalimat yang didengarnya dengan menangkap arti kata per kata secara berurutan. Untuk bisa memahami makna dari perkataan yang didengarnya, pendengar harus menunggu sampai keseluruhan kalimat selesai dituturkan. Selain itu, jika ternyata tidak mengerti dengan pesan yang disampaikan, pendengar tidak bisa kembali melakukan pengecekan ulang atas kata-kata yang baru saja didengarnya.
Dengan demikian kita bisa ketahui, bahwa menulis naskah radio tidak bisa hanya sekedar menulis. Pada saat membuat naskah siaran, kita harus menggunakan bahasa tutur, bahasa percakapan sehari-hari yang mudah dipahami. Menulislah sambil mengucapkan apa yang kita tulis. Jangan takut untuk mengulang, mengganti kata atau mengganti kalimat yang terkesan tidak pas atau tidak enak diucapkan dan sulit diucapkan. Dengan menulis sambil mengucapkan, kita akan menghasilkan naskah siaran melalui conversational approach atau pendekatan percakapan, yang sangat disarankan dalam pembuatan naskah siaran radio.

LIMA KUNCI MENULIS UNTUK TELINGA
Menulis untuk radio, mulai dari naskah siaran, naskah iklan, naskah berita dan lain sebagainya, memiliki aturan yang berbeda dari menulis biasa atau menulis untuk media cetak. Menulis untuk radio adalah menulis apa yang ingin kita sampaikan dan dengarkan. Menulis untuk radio, adalah menulis untuk telinga.
Paling tidak terdapat 5 prinsip kunci yang perlu kita perhatikan untuk menulis naskah program radio.

1. diucapkan
Naskah radio bukan merupakan bahan bacaan tapi merupakan bahan ucapan yang akan disampaikan melalui suara penyiar. Jadi, isi tulisan sebaiknya menggunakan bahasa tutur yang biasa diucapkan sehari-hari. Dengan menggunakan kosa kata bahasa lisan, pendengar akan dengan mudah memahami artinya. Jangan takut untuk menggunakan kata-kata yang sama (pengulangan kata) asal penempatannya pas dan enak didengar. Gaya penyampaiannya harus alamiah, bukan dibuat-buat.

2. bersifat ‘sekarang’
Keistimewaan radio adalah kesegeraannya. Untuk itu penulisan naskah radio pun disarankan menggambarkan sesuatu yang sedang terjadi. Informasi yang disampaikan melalui radio sebagian besar bersifat langsung, begitu terjadi sesuatu bisa langsung disampaikan, meski tidak menutup kemungkinan penyiar menceritakan apa yang dialaminya diwaktu yang lalu.

3. pribadi
Sifat radio adalah personal. Meskipun pada waktu yang bersamaan yang mendengarkan radio jumlahnya bisa ribuan orang, mereka masing-masing mendengarkan sendiri-sendiri atau paling tidak dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk itu, sebaiknya dalam naskah radio digunakan sapaan yang pribadi. Apa yang kita sampaikan bukan untuk masa dalam jumlah besar seperti saat berpidato, tapi lebih ke perseorangan. Radio adalah teman bagi pendengarnya, sehingga pada saat penyiar berbicara harus disampaikan seolah-olah berbicara dengan seorang teman.

4. didengar sekali
Sekali disiarkan, siaran radio tidak bisa diulang. Kecuali untuk program acara yang direkam, itupun baru bisa diulang jika memang ada jadual siaran ulang. Dengan demikian, harus disadari bahwa jika pendengar tidak paham dengan apa yang kita sampaikan, mereka akan mengalami kesulitan untuk mendengarkan ulang. Ingat, kita hanya memiliki sekali kesempatan untuk menyampaikan pesan kita ke pendengar.

Yang biasa membuat bingung pendengar:
- kalimat yang terlalu panjang
- penggunaan istilah-istilah tekhnis tanpa penjelasan
- terlalu banyak informasi yang disampaikan dalam satu kalimat
- ide / gagasan yang sulit dipahami

5. hanya suara
Suara adalah media kita untuk menyampaikan informasi kepada pendengar. Untuk itu jangan gunakan kata-kata yang kabur maknanya. Hindari kata-kata yang bunyinya berulang agar pendengar tidak bingung.
Misalnya: “Bangunan itu dibangun oleh kontraktor swasta” menjadi “Gedung itu dibangun oleh kontraktor swasta”

Hindari juga menggunakan kata-kata yang bunyinya mirip namun maknanya berbeda. Penggunaan tanda baca juga sangat penting. Seringkali terjadi, pada saat menyampaikan sesuatu, penyiar terhenti sejenak karena bingung hanya gara-gara penggunaan tanda baca pada naskah yang tidak tepat. Meski hanya sebentar, kesalahan ini akan diketahui oleh pendengar.
Misalnya: “Anjing mengejar orang gila” jika tidak ditulis dengan tanda baca yang benar, bisa menjadi: “Anjing mengejar orang gila//” atau “Anjing mengejar orang/ gila//”

Setelah naskah siaran selesai dibuat, bacalah dan ucapkanlah. Jika:
• tidak mudah dituturkan
• terdengar aneh
• tidak jelas / rancu
• terdengar kompleks / rumit

UBAHLAH sebelum terlambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apa pendapat anda tentang blog ini....