Selasa, 05 Maret 2013

Televisi Komunitas dan Infomobilisasi

Saat ini pendidikan melek media yang ada di Indonesia, masih sebatas gerakan-gerakan yang belum terstruktur. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan melalui seminar, road show, dan kampanye-kampanye mengenai melek media. Namun, gerakan-gerakan ini baru bisa dilakukan dalam skala kecil. Pendidikan melek media tidak cukup bila disampaikan hanya dalam seminar berdurasi dua jam, atau dalam kampanye dan roadshow selama seminggu. Akibatnya, upaya-upaya memperjuangkan pendidikan melek media belum dapat dirasakan oleh semua pihak secara luas (Kidia, 2006).

Televisi Komunitas dan Infomobilisasi
Informasi semestinya menjadi hak dasar warga negara sebab kesenjangan informasi memiliki keterkaitan yang erat dengan keterbelakangan, kemiskinan, dan ketidakberdayaan suatu masyarakat. Kesenjangan informasi menjauhkan komunitas atau masyarakat dari beragam keuntungan menggunakan informasi. Rachman (2007:6) mengatakan lemahnya akses dan pemanfaatan informasi akan menyebabkan keterpinggiran dan ketertinggalan masyarakat dari berbagai kemajuan pembangunan yang tersedia. Logikanya, kesenjangan informasi akan melahirkan kebijakan- kebijakan yang tidak aspiratif sebab masyarakat tidak cukup memiliki pemahaman untuk bisa terlibat dalam pengambilan keputusan. Bahkan, masyarakat bisa menjadi korban diskriminasi dan dominasi dari kelompok kelompok atau pihak yang menguasai informasi.

Masyarakat membutuhkan saluran akses atas informasi untuk pemaknaan atas kondisi yang ada dan pemberdayaan diri. Masyarakat akan berdaya bila memiliki kesadaran dan kebutuhan bahwa informasi bisa menjadi sumber kekuatan (power). Masyarakat menggunakan informasi untuk mengambil keputusan yang baik bagi dirinya sendiri, bertindak secara kritis, untuk memperbaiki keadaan dan mengatasi masalahnya, terlibat dalam proses-proses sosial dan politik termasuk dalam proses pengambilan keputusan publik yang dilakukan atas komunitasnya.

Lalu, bagaimana membangun saluran-saluran arus informasi yang tepat bagi masyarakat akar rumput? Kajian ini akan melahirkan cara pandang yang tepat dan tidak terjebak pada nalar eksploitatif yang diterapkan oleh saluran informasi sebelumnya. Dari pengalaman Combine melakukan inisasi, pendampingan, dan dukungan bagi media-media informasi komunitas, dirumuskan proses dialog menjadi pondasi saluran informasi apapun yang akan dibuat. Proses dialog mensyaratkan komunikasi yang bersifat dua arah dan meletakkan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan dan proses. Lebih jauh lagi, masyarakat bisa saling melakukan pertukaran gagasan, pengetahuan, informasi, secara aktif sehingga melahirkan satu kearifan yang bersifat lokal (local wisdom). Setiap pihak yang terlibat dalam dialog adalah subjek yang memiliki persepsi, pengetahuan, dan pengalaman. Oleh karena itu, upaya yang paling mungkin dilakukan adalah mengelola dan me-manage pengetahuan (knowledge management) secara intensif dan sistematik. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat mempercepat sistemisasi informasi dan pengetahuan yang ada di masyarakat.

Melek informasi atau literasi informasi merupakan keterampilan penting bagi komunitas. Membludaknya informasi harus menjadi tantangan untuk kehidupan yang lebih baik. Keterampilan untuk mencari, keterampilan untuk menemukan kembali, keterampilan untuk menganalisis dan memanfaatkan informasi perlu ditanamkan. Di sinilah televisi komunitas menempati posisi penting. Terlalu sempit jika alasan inisiasi TV Komunitas menjadi kompetitor TV swasta karena tidak akan mengubah apapun dalam internal komunitasnya. Infomobilisasi dapat menjadi domain kerja TV Komunitas karena memberikan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. Sebaliknya, jika pendirian TV komunitas memiliki semangat yang sama dengan TV swasta, alih-alih memberikan solusi bagi masalah komunitas, tapi menjadi masalah itu sendiri.... :)
(Pele: Maret 2013)

Daftar Pustaka
Hermanto, Budhi. 2007. Televisi Komunitas: Media Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Jurnal Komunikasi Volume 2, Nomor 1, 2007.
Rachman, Zulfikar Mochamad. 2007. Memberdayakan Masyarakat dengan Mendayagunakan Telecenter. Jakarta: Pe-PP, Bappenas, dan UNDP.
Livingstone, Sonia. 2004. Media Literacy and the Challenge of New Information and Communication Technologies. The Communication Review, 7:3–14, 2004
http://paryo.multiply.com/journal/item/22/Televisi-Komunitas-dan-Keberaksaraan-Media-
Dan berbagai sumber lainnya....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

apa pendapat anda tentang blog ini....