Saat ini pendidikan melek media yang ada di Indonesia, masih sebatas
gerakan-gerakan yang belum terstruktur. Gerakan-gerakan tersebut
dilakukan melalui seminar, road show, dan kampanye-kampanye mengenai
melek media. Namun, gerakan-gerakan ini baru bisa dilakukan dalam skala
kecil. Pendidikan melek media tidak cukup bila disampaikan hanya dalam
seminar berdurasi dua jam, atau dalam kampanye dan roadshow selama
seminggu. Akibatnya, upaya-upaya memperjuangkan pendidikan melek media
belum dapat dirasakan oleh semua pihak secara luas (Kidia, 2006).
Televisi Komunitas dan Infomobilisasi
Informasi semestinya menjadi hak dasar warga negara sebab kesenjangan
informasi memiliki keterkaitan yang erat dengan keterbelakangan,
kemiskinan, dan ketidakberdayaan suatu masyarakat. Kesenjangan informasi
menjauhkan komunitas atau masyarakat dari beragam keuntungan
menggunakan informasi. Rachman (2007:6) mengatakan lemahnya akses dan
pemanfaatan informasi akan menyebabkan keterpinggiran dan ketertinggalan
masyarakat dari berbagai kemajuan pembangunan yang tersedia. Logikanya,
kesenjangan informasi akan melahirkan kebijakan- kebijakan yang tidak
aspiratif sebab masyarakat tidak cukup memiliki pemahaman untuk bisa
terlibat dalam pengambilan keputusan. Bahkan, masyarakat bisa menjadi
korban diskriminasi dan dominasi dari kelompok kelompok atau pihak yang
menguasai informasi.
Masyarakat membutuhkan saluran akses atas informasi untuk pemaknaan atas
kondisi yang ada dan pemberdayaan diri. Masyarakat akan berdaya bila
memiliki kesadaran dan kebutuhan bahwa informasi bisa menjadi sumber
kekuatan (power). Masyarakat menggunakan informasi untuk mengambil
keputusan yang baik bagi dirinya sendiri, bertindak secara kritis, untuk
memperbaiki keadaan dan mengatasi masalahnya, terlibat dalam
proses-proses sosial dan politik termasuk dalam proses pengambilan
keputusan publik yang dilakukan atas komunitasnya.
Lalu, bagaimana membangun saluran-saluran arus informasi yang tepat bagi
masyarakat akar rumput? Kajian ini akan melahirkan cara pandang yang
tepat dan tidak terjebak pada nalar eksploitatif yang diterapkan oleh
saluran informasi sebelumnya. Dari pengalaman Combine melakukan inisasi,
pendampingan, dan dukungan bagi media-media informasi komunitas,
dirumuskan proses dialog menjadi pondasi saluran informasi apapun yang
akan dibuat. Proses dialog mensyaratkan komunikasi yang bersifat dua
arah dan meletakkan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan
dan proses. Lebih jauh lagi, masyarakat bisa saling melakukan pertukaran
gagasan, pengetahuan, informasi, secara aktif sehingga melahirkan satu
kearifan yang bersifat lokal (local wisdom). Setiap pihak yang terlibat
dalam dialog adalah subjek yang memiliki persepsi, pengetahuan, dan
pengalaman. Oleh karena itu, upaya yang paling mungkin dilakukan adalah
mengelola dan me-manage pengetahuan (knowledge management) secara
intensif dan sistematik. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) dapat mempercepat sistemisasi informasi dan pengetahuan yang ada
di masyarakat.
Melek informasi atau literasi informasi merupakan keterampilan penting
bagi komunitas. Membludaknya informasi harus menjadi tantangan untuk
kehidupan yang lebih baik. Keterampilan untuk mencari, keterampilan untuk
menemukan kembali, keterampilan untuk menganalisis dan memanfaatkan
informasi perlu ditanamkan. Di sinilah televisi komunitas menempati
posisi penting. Terlalu sempit jika alasan inisiasi TV Komunitas menjadi
kompetitor TV swasta karena tidak akan mengubah apapun dalam internal
komunitasnya. Infomobilisasi dapat menjadi domain kerja TV Komunitas
karena memberikan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. Sebaliknya,
jika pendirian TV komunitas memiliki semangat yang sama dengan TV
swasta, alih-alih memberikan solusi bagi masalah komunitas, tapi menjadi
masalah itu sendiri.... :)
(Pele: Maret 2013)
(Pele: Maret 2013)
Daftar Pustaka
Hermanto, Budhi. 2007. Televisi Komunitas: Media Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Jurnal Komunikasi Volume 2, Nomor 1, 2007.
Rachman, Zulfikar Mochamad. 2007. Memberdayakan Masyarakat dengan Mendayagunakan Telecenter. Jakarta: Pe-PP, Bappenas, dan UNDP.
Livingstone, Sonia. 2004. Media Literacy and the Challenge of New Information and Communication Technologies. The Communication Review, 7:3–14, 2004
http://paryo.multiply.com/journal/item/22/Televisi-Komunitas-dan-Keberaksaraan-Media-
Dan berbagai sumber lainnya....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
apa pendapat anda tentang blog ini....