Sebagai pelanjut Bung Karno, Pak Harto memiliki khas dalam stabilisasi
ekonomi dan politik melahirkan generasi-generasi yang taat akan hukum dan
konstitusi berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, selama 32 tahun memerintah,
Negara RI sangat stabil di Asia dan pernah masuk salah satu Macan Asia
disamping Jepang dan Korea Selatan. Generasi muda pada zaman Pak Harto
diarahkan untuk menjadi pengusaha-pengusaha yang handal agar siap bersaing
dengan negara-negara lain.
Pak Habibie sebagai pelanjut Pak Harto lebih menekankan kepada kualitas
suatu bangsa berupa value added nilai tambah terutama pada Sumber Daya
Manusia agar dapat mengelola kekayaan alam Indonesia yang besar ini menjadi
lebih besar dan produktif dengan melahirkan produk-produk yang bermutu tinggi dengan
tingkat efisiensi yang tinggi pula. Pemuda-pemuda diarah untuk fokus terhadap
nilai-nilai akademis.
Gusdur adalah tokoh yang penting dalam ke-anekaragaman, selama mendapatkan
amanah sebagai mandataris MPR/DPR beliau memberikan terobosan untuk keadilan
kemanusiaan terutama bagi minoritas, masyarakat Tionghoa salah satu masyarakat
yang mendapatkan kedudukan yang penting sampai sekarang, yang sebelumnya
dipinggirkan. Pemuda-pemuda saat itu diarahkan untuk menghormati dan menghargai
ke-Bhinekaan Tunggal Ika, keragaman sosial ekonomi dan budaya bangsa.
Dalam pemerintahan Bu Mega menekankan pembangunan untuk wong cilik,
memperhatikan masyarakat-masyarakat pinggiran yang termarjinalisasikan oleh
perkotaan atau oleh kebijakan pusat maupun daerah. Generasi muda dalam masa
pemerintahan Bu Mega ditempatkan untuk menjadi pembela-pembela wong cilik,
seperti kaum miskin, yatim piatu dan lain-lain.
Sedangkan pada masa Pak Beye, generasi muda diarahkan untuk selalu
mempertahankan 4 pilar Negara RI: Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia (RI) dan Bhinneka Tunggal Ika.
Pertanyaannya dengan fokus pembangunan seperti hal diatas dan Sumpah
Pemuda 1928 yang telah 83 tahun yang lalu dengan permasalahan seperti :
- masih banyaknya pembangunan yang tidak merata;
- masih banyaknya peraturan dan kebijakan pusat dan
daerah yang tidak pro rakyat;
- masih banyaknya kemiskinan, susah mencari kebutuhan
dasar yang murah;
- perlindungan TKI yang lemah;
- wilayah-wilayah terdepan yang berbatasan dengan
negara-negara tetanga yang kurang diperhatikan;
- kebijakan impor yang tidak mendukung hasil pertanian
dan industri kecil serta kemandirian bangsa;
- masih banyaknya pengangguran, kesempatan bekerja yang
makin sempit;
- masih banyaknya koruptor dibanding orang yang bersih
dan idealis.
Akankah Sumpah Pemuda 1928 kita
abaikan begitu saja?
Siapa yang bertanggung jawab
terhadap hasil yang telah sama-sama dibangun oleh pemimpin-pemimpin bangsa
terdahulu?
Akankah lahir Sumpah Pemuda kedua?
wallahu alam bisshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
apa pendapat anda tentang blog ini....