Selasa, 19 Maret 2013

Menghargai Orang Lain


Mungkin kita pernah merasa kesal karena orang lain tidak menghargai kita. Barangkali kita juga sering marah karena orang lain tidak memerhatikan kita.
Pernahkah kita berpikir bahwa kita pun mungkin sekali kurang menghargai orang lain atau sering terlalu memperhatikan diri sendiri sehingga lupa memerhatikan orang lain di sekitar kita? Nah, mungkin inilah yang harus Anda lakukan: menghargai orang lain. Bagaimana caranya? Simak yang berikut.
Mengapa Harus Menghargai Orang Lain? Suka atau tidak, kita hidup dengan berinteraksi dengan orang lain. Lalu, bagaimana cara kita membina hubungan baik dengan orang lain agar hidup kita menjadi lebih menyenangkan?
Saling Membutuhkan
Pernahkah kita membayangkan jika segala sesuatu harus dilakukan sendiri: menanam padi sendiri untuk mendapatkan beras; menanam tumbuhan untuk membuat pakaian dan menjahit pakaian sendiri; membangun rumah sendiri dari awal; membuat kendaraan sendiri; mencuci baju sendiri; memasak sendiri; membersihkan rumah sendiri; dan mengambil keputusan sendiri? Pasti itu sangat melelahkan, merepotkan, atau bahkan tidak mungkin dilakukan.
Pasti ada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan sendiri dengan baik. Guru membutuhkan murid, penulis membutuhkan pembaca, produsen membutuhkan konsumen, perusahaan membutuhkan karyawan dan konsumen, serta pemimpin membutuhkan anak buah. Tentu saja kondisi ini berlaku pula sebaliknya. Jadi intinya: kita semua saling membutuhkan.

Saling Menguntungkan
Selain saling membutuhkan, ternyata kita semua juga bisa saling menguntungkan. Kita merasa beruntung karena bisa berbagi dengan orang lain: kita mendapat pemasukan uang dan mendapat kepuasan karena ada orang lain yang mau menggunakan hasil karya kita. Orang lain juga merasa diuntungkan dengan kebaradaan kita karena mereka bisa mendapatkan apa yang mereka perlukan dari kita.
Misalnya, murid merasa diuntungkan karena ada guru yang mau berbagai ilmu dan keterampilan. Sebaliknya, guru juga merasa diuntungkan karena ia bisa membagi ilmu dan keterampilan kepada orang lain dan mendapat pemasukan dari pekerjaannya. Produsen merasa diuntungkan karena ada pembeli. Sebaliknya, pembeli juga merasa diuntungkan karena bisa mendapatkan barang atau jasa yang dibutuhkan tanpa harus repot membuatnya sendiri. 
 
Saling Mengisi
Tidak ada satu orang pun yang benar-benar serupa dengan orang lain. Anak kembar sekalipun memiliki perbedaan. Kita memiliki perbedaan dalam kepribadian, talenta, kemampuan, gaya hidup, kebiasaan, dan kebutuhan. Namun perbedaan inilah yang membuat hidup menjadi lebih kaya, bervariasi, dan menyenangkan karena kita bisa saling mengisi.
Banyak restoran muncul karena banyak orang tidak bisa memasak masakan seperti masakan yang disajikan restoran itu, atau karena tidak ada waktu untuk melakukan aktivitas memasak. Banyak kursus bahasa asing juga muncul karena ada orang yang sudah fasih berbahasa asing, sementara ada juga orang yang ingin atau perlu belajar bahasa asing.
 
 
  Saling Menguatkan
Selain perbedaan, persamaan pun bisa menguntungkan. Orang-orang yang memiliki persamaan bisa saling bekerja sama. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul, begitu kata pepatah. Rupanya pepatah ini muncul dari kesadaran bahwa dengan bekerja sama, segala sesuatu akan terasa lebih mudah.
Masalah menjadi lebih ringan dan menjadi lebih mudah dicarikan solusinya jika dipecahkan bersama. Pekerjaan berat akan menjadi lebih mudah dan lebih cepat selesai jika dikerjakan bersama.

Bagaimana Menghargai Orang Lain?
Tahukah Anda bahwa orang lain akan lebih menghargai orang yang menghargai mereka? Nah, sebelum kita menuntut orang lain menghargai kita, kita perlu terlebih dahulu menghargai mereka. Kuncinya hanya satu: buat orang lain merasa penting dan berharga.

Langkah 1: Kenali Orang-orang Sekitar
Tiap hari kita berinteraksi dengan orang lain. Orang-orang yang paling sering berhubungan dengan kita adalah mereka yang berada di sekitar kita: keluarga, tetangga, dan rekan sekerja. Nah, kenali orang-orang di sekitar kita. Perhatikan bahwa kita memiliki persamaan dan perbedaan dengan mereka. Dengan demikian akan lebih mudah bagi kita untuk bekerja sama dengan mereka dan menghargai mereka.
“Aduh, si Idah sering membuat saya kesal. Saya minta tolong panggilkan taksi biru, ternyata yang dipanggil adalah taksi kuning. Saya minta dibelikan bawang putih, yang dibawa pulang adalah bawang merah,” begitu cerita seorang teman. Ternyata setelah diselidiki lebih jauh, Idah mempunyai kelemahan mengingat instruksi yang terlalu panjang. Ia cenderung mengingat kalimat terakhir yang diucapkan, apalagi jika kalimat tersebut diulang dua kali.

Sementara itu, teman penulis seringkali merasa khawatir instruksinya tidak dimengerti, sehingga cenderung mengulang “larangan” daripada “instruksi intinya”. Jadi tidak heran jika teman penulis berkata “Idah, tolong panggilkan taksi biru ya, jangan yang kuning. Sekali lagi, jangan yang kuning,” maka yang datang adalah justru taksi kuning. Setelah teman tersebut memahami perbedaan antara ia dan Idah, ia pun bisa mengubah strateginya dalam memberikan instruksi.
Ia selalu menempatkan instruksi di kalimat akhir dan diulang. Sejak saat itu penulis tidak lagi mendengar keluhan dari teman tersebut.
 Langkah 2: Fokus pada Kelebihan
Seringkali kita lebih fokus pada kesalahan dan kekurangan orang lain. Hal ini menyebabkan kita sulit sekali menghargai mereka. Sebaliknya, karena kita selalu memperhatikan kekurangan orang lain, orang lain pun menjadi enggan berinteraksi dan bekerja sama dengan kita karena mereka merasa enggan jika selalu merasa “dipermalukan”. Yang perlu kita ubah adalah fokus kita: coba fokuskan perhatian kita terlebih dulu pada kelebihan orang lain, kita akan mendapatkan hasil yang luar biasa.
Coba perhatikan ilustrasi berikut:“Wah, tulisan tanganmu bagus dan rapih. Ibu juga senang kamu bisa menyerahkan pekerjaan rumah ini tepat waktu,” demikian ujar seorang ibu guru pada muridnya.

“Terima kasih, Bu. Saya memang berusaha menulis dengan baik. Namun ada beberapa kata yang masih sulit bagi saya untuk mengejanya. Jadi, lain kali saya akan minta bantuan ibu untuk menjelaskannya lagi dan saya akan berusaha menulis dengan ejaan yang benar,” begitu jawab si anak.
Yah, ternyata sang ibu guru tidak langsung menyalahkan tulisan anak tersebut yang ternyata masih banyak salah. Sebaliknya, ia memfokuskan perhatian pada kelebihannya terlebih dulu. Sang anak yang merasa sangat dihargai karena gurunya memerhatikan kelebihannya, lalu menjadi lebih terbuka meminta bantuan guna memerbaiki kesalahannya.

Langkah 3: Bangun Hubungan Saling Percaya
Ternyata hukum timbal balik memang berlaku dalam hidup ini. Jika kita tidak memercayai orang lain, mereka pun tidak akan memercayai kita. Sebaliknya, jika kita memercayai orang lain, orang lain akan memercayai kita. Sebuah kerja sama bisnis pada dasarnya harus dibangun atas dasar kepercayaan.
 
Usaha akan sukses dan langgeng jika pimpinan dan karyawan saling memercayai, jika produsen dan konsumen saling percaya. “Saya tahu Anda pernah melakukan kesalahan. Tapi, saya ingin memberikan kesempatan kepada Anda. Saya akan melupakan perbuatan yang lama. Coba kita memulai lembaran baru. Saya percaya Anda bisa berprestasi lebih baik. Saya lihat Anda punya potensi untuk itu. Coba buktikan.” Karena kata-kata inilah, Indra yang tadinya sudah kehilangan kepercayaan diri menjadi termotivasi untuk melakukan yang terbaik bagi pimpinannya yang telah memberikan kepercayaan kepadanya.

Banyak keuntungan yang bisa kita dapatkan jika kita mau menghargai orang lain: kita bisa saling membantu, saling menguatkan, dan saling menguntungkan sehingga hidup menjadi lebih menyenangkan.

Sumber: dari berbagai sumber...

Senin, 18 Maret 2013

Sedikitnya 10 Anak akan diarak...!!!


(Jayagiri, 18/03/2013) Anak anak dilingkungan  RW 11, RW 07, RW 08, RW 13 dan RW 16 Desa Jayagiri berencana mengikuti pelayanan Khitanan Massal gratis di halaman mesjid Al Hikmah RW 11 Desa jayagiri dan sebelumnya akan diarak oleh delman untuk keliling keliling dikawasan Desa Jayagiri .

Puluhan anak tersebut juga akan mendapatkan masing masing bingkisan berupa kain sarung, Baju koko + kopiah uang santunan Rp. 500 ribu,  Perlengkapan sekolah berupa alat tulis dan perangkat sunat lainnya, serta  pengobatan secara cuma-cuma alias gratis pasca dikhitan. 

acara sunatan masal ini yang diprakarsai oleh Dewan Kemakmuran Mesjid Al-Hikmah itu, digelar dalam rangka memperingati Isro Mi'raj Nabi Muhamad SAW 1434H/ tahun 2013


Kegiatan ini awal pertama digelar di DKM Al-Hikmah RW XI Jayagiri, Selain bekerjasama dengan Para Dokter spesialis Khitan , pihaknya juga menggandeng Ikatan Remaja Mesjid (IRM) dan Karang Taruna unit RW XI Desa Jayagiri untuk mensukseskan kegiatan ini. 

Sementara itu, untuk digelarnya khitanan massal tersebut, mendapat tanggapan yang cukup besar dari para donatur serta Para tokoh Masyarakat dilingkungan RW XI  Desa Jayagiri, 

Kegiatan Khitanan Masal ini akan dilaksanakan pada hari Minggu tanggal 23 juni 2013 dengan beberapa kegiatan lainnya yaitu : Lomba Adzan, Lomba Hapalan surat (surat anas sd surat Al fiil), Lomba Qosidahan, Lomba Busana Muslim, Lomba Pildacil,  Lomba Menggambar/mewarnai yg akan diikuti oleh anak dari umur 5 tahun sampe 14 tahun (usia SD) dilingkungan  (RW 11, RW 07, RW 08, RW 13 dan RW 16), 

Untuk mengapdolkan dari kegiatan kegiatan tersebut DKM Mesjid Al Hikmah juga akan menyelenggarakan Tabligh Akbar dan Pendistribusian Zakat Mal

untuk info pendaftaran calon peserta ataupun Calon Donatur bisa mengunjungi sekretariat Panitia di Mesjid Al hikmah RW 11 Desa Jayagiri atau Radio/TV Jayagiri jln jayagiri 63 lembang 

Selasa, 05 Maret 2013

Televisi Komunitas dan Infomobilisasi

Saat ini pendidikan melek media yang ada di Indonesia, masih sebatas gerakan-gerakan yang belum terstruktur. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan melalui seminar, road show, dan kampanye-kampanye mengenai melek media. Namun, gerakan-gerakan ini baru bisa dilakukan dalam skala kecil. Pendidikan melek media tidak cukup bila disampaikan hanya dalam seminar berdurasi dua jam, atau dalam kampanye dan roadshow selama seminggu. Akibatnya, upaya-upaya memperjuangkan pendidikan melek media belum dapat dirasakan oleh semua pihak secara luas (Kidia, 2006).

Televisi Komunitas dan Infomobilisasi
Informasi semestinya menjadi hak dasar warga negara sebab kesenjangan informasi memiliki keterkaitan yang erat dengan keterbelakangan, kemiskinan, dan ketidakberdayaan suatu masyarakat. Kesenjangan informasi menjauhkan komunitas atau masyarakat dari beragam keuntungan menggunakan informasi. Rachman (2007:6) mengatakan lemahnya akses dan pemanfaatan informasi akan menyebabkan keterpinggiran dan ketertinggalan masyarakat dari berbagai kemajuan pembangunan yang tersedia. Logikanya, kesenjangan informasi akan melahirkan kebijakan- kebijakan yang tidak aspiratif sebab masyarakat tidak cukup memiliki pemahaman untuk bisa terlibat dalam pengambilan keputusan. Bahkan, masyarakat bisa menjadi korban diskriminasi dan dominasi dari kelompok kelompok atau pihak yang menguasai informasi.

Masyarakat membutuhkan saluran akses atas informasi untuk pemaknaan atas kondisi yang ada dan pemberdayaan diri. Masyarakat akan berdaya bila memiliki kesadaran dan kebutuhan bahwa informasi bisa menjadi sumber kekuatan (power). Masyarakat menggunakan informasi untuk mengambil keputusan yang baik bagi dirinya sendiri, bertindak secara kritis, untuk memperbaiki keadaan dan mengatasi masalahnya, terlibat dalam proses-proses sosial dan politik termasuk dalam proses pengambilan keputusan publik yang dilakukan atas komunitasnya.

Lalu, bagaimana membangun saluran-saluran arus informasi yang tepat bagi masyarakat akar rumput? Kajian ini akan melahirkan cara pandang yang tepat dan tidak terjebak pada nalar eksploitatif yang diterapkan oleh saluran informasi sebelumnya. Dari pengalaman Combine melakukan inisasi, pendampingan, dan dukungan bagi media-media informasi komunitas, dirumuskan proses dialog menjadi pondasi saluran informasi apapun yang akan dibuat. Proses dialog mensyaratkan komunikasi yang bersifat dua arah dan meletakkan keterlibatan aktif masyarakat dalam setiap tahapan dan proses. Lebih jauh lagi, masyarakat bisa saling melakukan pertukaran gagasan, pengetahuan, informasi, secara aktif sehingga melahirkan satu kearifan yang bersifat lokal (local wisdom). Setiap pihak yang terlibat dalam dialog adalah subjek yang memiliki persepsi, pengetahuan, dan pengalaman. Oleh karena itu, upaya yang paling mungkin dilakukan adalah mengelola dan me-manage pengetahuan (knowledge management) secara intensif dan sistematik. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat mempercepat sistemisasi informasi dan pengetahuan yang ada di masyarakat.

Melek informasi atau literasi informasi merupakan keterampilan penting bagi komunitas. Membludaknya informasi harus menjadi tantangan untuk kehidupan yang lebih baik. Keterampilan untuk mencari, keterampilan untuk menemukan kembali, keterampilan untuk menganalisis dan memanfaatkan informasi perlu ditanamkan. Di sinilah televisi komunitas menempati posisi penting. Terlalu sempit jika alasan inisiasi TV Komunitas menjadi kompetitor TV swasta karena tidak akan mengubah apapun dalam internal komunitasnya. Infomobilisasi dapat menjadi domain kerja TV Komunitas karena memberikan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat. Sebaliknya, jika pendirian TV komunitas memiliki semangat yang sama dengan TV swasta, alih-alih memberikan solusi bagi masalah komunitas, tapi menjadi masalah itu sendiri.... :)
(Pele: Maret 2013)

Daftar Pustaka
Hermanto, Budhi. 2007. Televisi Komunitas: Media Pemberdayaan Masyarakat. Dalam Jurnal Komunikasi Volume 2, Nomor 1, 2007.
Rachman, Zulfikar Mochamad. 2007. Memberdayakan Masyarakat dengan Mendayagunakan Telecenter. Jakarta: Pe-PP, Bappenas, dan UNDP.
Livingstone, Sonia. 2004. Media Literacy and the Challenge of New Information and Communication Technologies. The Communication Review, 7:3–14, 2004
http://paryo.multiply.com/journal/item/22/Televisi-Komunitas-dan-Keberaksaraan-Media-
Dan berbagai sumber lainnya....