Jumat, 03 Juni 2011

Membangun News Room

Besar kecilnya news room di dalam radio siaran, sangat tergantung pada kebutuhan dan jangkauan yang hendak dicapainya. Bisa jadi meski struktur news roomnya belum lengkap, proses pencarian dan penyajian berita tetap bisa dijalankan dengan baik.
Sebagai acuan, berikut ini adalah struktur organisasi sebuah news room:

News Director
Karena memegang posisi tertinggi dalam pemberitaan, news director paling tidak harus memiliki pengalaman luas dalam hal pemberitaan, memiliki kemampuan administrasi dan pengalaman mensupervisi. sehari-hari, news director bertugas untuk memberikan persetujuan dan mengawasi proses pembuatan dan pemilihan berita dan memimpin rapat redaksi. News director mempertanggung jawabkan penyajian berita kepada management. Isi dari pertanggungjawabannya sudah tentu adalah berita yang disajikan.

News Editor
News editor bertanggungjawab untuk mengawasi dan memilih berita-berita yang masuk dan akan disiarkan, mulai dari bentuk berita, isi berita, jumlah berita, susunan berita, alur penyampaian sebuah berita, memilih berita yang akan dijadikan sebagai headline hingga waktu yang tepat untuk menyampaikan berita tersebut. Dalam kesehariannya News editor bekerjasama dengan koordinator liputan, penulis berita atau scriptwriter dan penyiar. News editor juga bertugas untuk memberikan pengarahan kepada koordinator liputan sehingga bisa didapatkan gambaran berita seperti apa yang ingin disiarkan, mulai dari pemilihan angle hingga target narasumber yang akan diwawancarai. Seorang News editor dituntut untuk memiliki pemahaman tentang keradioan, jurnalistik radio, dan tekhnik produksi.

Koordinator Liputan / Koordinator Reporter
Koordinator liputan bertanggung jawab atas semua yang akan diliput dan diberitakan. Mulai dari membagi tugas liputan, melakukan briefing kepada reporter mengenai target-target berita yang harus didapat, memantau proses peliputan melalui komunikasi yang selalu dilakukan dengan reporter di lapangan, memberikan solusi atas kesulitan yang dihadapi reporter di lapangan.

Reporter
Tugas reporter seperti yang kita ketahui adalah mencari berita dilapangan sesuai dengan arahan dari News eitor dengan panduan koordinator liputan. Jika ada kesulitan dilapangan, reporter sebaiknya jangan mengambil keputusan sendiri agar berita yang diliput tidak ditolak hanya karena tidak sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu reporter harus selalu melakukan komunikasi dengan koordinator liputan, apakah itu rencana untuk melakukan manuver pertanyaan, manuver angle berita maupun penggantian narasumber. Untuk radio yang memiliki jumlah Reporter cukup banyak, bisa menempatkan reporter-reporternya sesuai dengan pos-pos / sektor yang sudah ditentukan, misalnya ekonomi, politik, kriminal, dan lain sebagainya.

Sriptwriter
Scriptwriter bertugas untuk membuat berita baca, baik yang bersumber dari laporan reporter ataupun sumber-sumber lain yang disetujui oleh news editor. Scriptwriter harus menguasai kaidah-kaidah penulisan berita dan penulisan materi kata, antara lain seperti menguasai prinsip penulisan berita radio yang KISS (Keep It Short and Simple) dan penggunaan bahasa tutur.

Pembaca Berita / Newscaster
Lini akhir dari sebuah news room bermuara pada newscaster. Untuk bisa menyampaikan berita dengan baik, seorang penyiar harus memiliki kemampuan lebih dari sekedar membaca naskah berita. Seorang newscater harus menguasai apa yang akan disampaikannya, baik itu berita baca maupun laporan reporter yang harus dihantarkannya kepada pendengar. Jadi, selain menjadi penyiar yang baik, seorang newscaster harus menguasai materi berita.

Di dalam sebuah radio, biasanya struktur organisasi News Room memang tidak setegas dan serumit ini. Bisa saja beberapa fungsi dirangkap oleh seorang petugas. Misalnya, program director merangkap sebagai news editor sekaligus koordinator reporter, atau seorang penyiar merangkap sebagai reporter dan scrptwriter. Namun jika petugas tersebut sudah mulai nampak kewalahan dengan fungsi-fungsi yang dijalankannya, jangan sampai terlambat untuk menambah jumlah personil, agar kualitas berita yang kita sajikan bisa tetap terjaga dengan baik.

Teknik Penulisan Naskah Radio

Meskipun merupakan media audio, naskah dan berita radio tidak lepas dari tulis menulis. Hanya saja teknik dan bentuk tulisannya sangat berbeda dengan pembuatan naskah berita media cetak.

Karena radio mengandalkan telinga pendengar yang kemampuannya terbatas, maka tulisan yang disampaikan harus singkat namun jelas. Dalam teori penulisan berita radio, disebut KISS – Keep It Short and Simple. Agar tidak kaku dan enak didengar, untuk menulis naskah berita radio harus menggunakan bahasa tutur atau bahasa percakapan.
Hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam menulis naskah dan berita radio adalah:
• jangan menggunakan kalimat majemuk
• jangan menggunakan kata-kata negatif
• jangan menggunakan kalimat pasif
• jangan terlalu banyak menggunakan angka-angka apalagi angka-angka rumit. jika terpaksa, harus disederhanakan dengan menggunakan kata ‘sekitar, berkisar, antara, kurang lebih’ dan lain sebagainya
• jangan terlalu banyak menggunakan singkatan
• jangan terlalu banyak memakai istilah asing
• untuk memudahkan penyiar / newscaster, tulis nama, angka atau istilah dalam bahasa asing sesuai cara bacanya. Misalnya: 270 ditulis duaratus tujuhpuluh. Writer ditulis wraiter, dll
• biasanya pangkat/titel/gelar tidak perlu digunakan, kecuali jika memang terkait erat dengan isi berita
• ingat, satu berita satu cerita, satu kalimat satu ide
• biasakan membuat lead atau kepala berita yang bisa menarik perhatian pendengar.
• durasi berita jangan terlalu panjang

Menulis berita online

Selama ini radio mengklaim bisa menjadi media yang tercepat dalam menyajikan berita. Statement ini memang didukung dengan proses produksi berita radio yang jauh lebih simple dibandingkan dengan media yang lainnya. Hanya dengan bermodalkan alat rekam dan telpon genggam, seorang reporter radio bisa menginformasikan sesegera mungkin sesaat setelah sebuah peristiwa terjadi. Penyiarannya pun bisa dilakukan kapan saja, dengan hanya mempertimbangkan tingkat urgency dan kepentingan dari laporan tersebut.

Namun belakangan ini, klaim sebagai media penyaji berita tercepat perlu dipertanyakan. Televisi, juga sudah melakukan hal yang serupa. Untuk berita-berita yang membutuhkan kecepatan, meski belum mendapatkan visualisasi televisi bisa menayangkan suara reporternya dilengkapi dengan tampilan foto sang reporter. Televisi juga sudah mulai berani memotong acaranya kapanpun jika ada informasi penting.

Selain televisi, yang lebih mendekati dengan proses dan kecepatan berita radio adalah media online. Website pemberitaan memiliki proses produksi yang tidak bebeda jauh dengan radio. Kapanpun, berita di website bisa diperbaiki, dilengkapi dan diperbaharui. Selain itu website berita memiliki kelebihan yang tidak dimiliki radio yaitu bisa dibaca berulang-ulang dan kapanpun oleh pembacanya.
Daripada adu cepat menyajikan berita, lebih baik radio merangkul internet. Berita yang kita siarkan, bisa sekaligus dimanfaatkan untuk mengisi website radio kita. Apalagi secara teori, menulis berita untuk media online tidak terlalu berbeda dengan menulis berita untuk radio, sehingga sekali proses produksi kita bisa mempersiapkan naskah untuk 2 media sekaligus, yaitu internet dan radio.

Menulis berita online:
1. Keep it short
Seperti halnya berita radio, berita di media online tidak perlu dibuat berpanjang lebar. Idealnya, panjang berita bisa dibuat antara 150 sampai 500 kata. Bahkan untuk berita terkini / updating news cukup dibuat sekitar 50 kata. Alasan pertama adalah untuk mengantisipasi kebiasaan peselancar dunia maya yang cenderung tidak tahan berlama-lama membaca naskah berita di layar komputer. Alasan kedua adalah untuk mengantisipasi kecenderungan pembaca internet yang lebih suka melakukan pencarian menggunakan kata-kata tertentu, sehingga semakin ringkas suatu berita isinya akan semakin mudah diserap oleh pembaca.

2. Keep it simple
Pembaca berita online juga cenderung mudah berpindah-pindah halaman. Mereka memerlukan informasi yang bisa dipahami dalam waktu singkat. Begitu pembaca merasa sulit memahami tulisan kita, mereka akan segera pergi untuk mencari informasi serupa dari situs yang lain. Untuk itu dalam pembuatan berita online diperlukan penggunaan kata-kata yang sederhana, tidak berbelit-belit dan mudah dipahami. Selain itu, perlu juga dihindari pengulangan kata dan hilangkan penggunaan kata-kata yang tidak perlu.

2. Easy to Update:
Internet memiliki keunikan yang mirip dengan radio, yaitu bisa membuat update berita kapanpun dan dalam waktu cepat. Dengan demikian, sebuah berita di media online bisa saja dibuat berkesinambungan, selangkah demi selangkah meskipun belum lengkap 5W + 1H-nya. Yang perlu diperhatikan adalah, berita terbaru diharapkan bisa melengkapi berita sebelumnya. Saat peristiwa yang diberitakan berakhir, sebaiknya dibuat sebuah berita lengkap yang merupakan kumpulan dari potongan potongan berita yang selama ini kita publikasikan.

3. Straight
Selain naskah yang singkat dan padat, penulisan berita online sebaiknya menggunakan tidak terbiasa berlama-lama di satu halaman Pembaca berita online tak terlalu memperhatikan bahasa yang mendayu-dayu, namun yang diperhatikan adalah kata-kata tertentu yang menonjol. Ingat mereka melakukan scanning! Jadi, kurangi pengulangan kata dan kata-kata yang tak perlu dihilangkan saja.


Cara Mudah Menulis Berita Online
Saat ini banyak radio yang memiliki website. Biasanya, website radio berisi profil perusahaan, data komersial, data penyiar dan tangga lagu atau berbagai hal lainnya. Bagi radio berita, biasanya mereka juga melengkapi websitenya dengan berita online. Apakah menulis berita online sama seperti menulis berita untuk radio? Kali ini saya ingin membagi kiat menulis berita online sederhana agar bisa langsung dipraktekkan oleh rekan-rekan yang baru mulai belajar membuat berita online.

Riset
Lakukanlah riset untuk mencari data berkaitan dengan apa yang terjadi, sebelum memutuskan siapa yang akan kita wawancarai berkaitan dengan peristiwa tersebut.

Wawancara
Orang pertama yang perlu kita wawancarai adalah pakar atau pengamat yang memiliki data terlengkap tentang fakta yang terjadi. Rencanakan wawancara dengan menulis pertanyaan-pertanyaan yang akan kita ajukan ke narasumber.

Ingat 5W 1H
Selalu tanyakan Apa (what) yang terjadi? Siapa (who) yang terlibat? Dimana (where), kapan (when) dan mengapa (why) hal tersebut bisa terjadi. Kita juga bisa menanyakan Bagaimana (how) hal tersebut terjadi? Kita bisa melakukan wawancara melalui telepon, namun akan lebih baik jika kita bisa bertatap muka langsung dengan narasumber.

Setelah kita mendapatkan informasi dari pakar / pengamat yang memiliki fakta tentang peristiwa yang terjadi, kita bisa mencari opini dengan mewawancarai mereka yang terlibat dalam peristiwa itu. Jangan lupa, kita tetap harus mengingat prinsip ‘cover both side’. Dengan data yang kita dapat dari hasil beberapa wawancara, kita siap merangkai sebuah laporan.

Berita dalam 5 kalimat
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa peselancar dunia maya tidak bisa bertahan terlalu lama di sebuah halaman website. Untuk itu, sebuah berita di internet sebaiknya ditulis dengan singkat. BBC menganjurkan berita online yang sederhana cukup dibuat dalam 5 kalimat.

Kalimat pertama menceritakan fakta kunci dari sebuah peristiwa: apa yang terjadi, siapa yang terlibat, dimana dan kapan terjadi.

Kalimat kedua bisa berisi opini dari mereka yang terlibat dalam peristiwa ini. Jangan lupa untuk memberikan tanpa petik saat menulis pendapat orang yang kita wawancarai.

Kalimat ketiga bisa berisi tentang pendapat dari sisi yang berseberangan untuk menjaga agar berita kita tetap berimbang.

Kalimat keempat kita bisa memberikan sejumlah fakta pendukung yang berasal dari hasil wawancara kita dengan pakar / pengamat.

Kalimat kelima adalah kesimpulan dari peristiwa yang kita beritakan.
Selalu baca ulang berita yang kita tulis untuk memastikan agar tidak terjadi kesalahan.

Jika kita ingin membuat tulisan yang lebih panjang, kita bisa memasukkan cuplikan-cuplikan wawancara, penjelasan atau pendapat orang-orang yang kita wawancarai.
Setelah selesai, tentukan judul / kepala berita dari tulisan kita ini. Banyak yang berpendapat, judul ditentukan di awal penulisan. Namun sebenarnya kita akan lebih mudah menentukan judul berita setelah kita selesai menulis, dimana pada saat itu kita telah mengetahui apa sebenarnya yang terjadi dan apa yang menarik untuk kita jadikan sebagai judul berita.

Foto dan pelengkap
Kita dapat menambahkan satu atau dua foto dalam berita kita. Seperti halnya judul / kepala berita, foto yang kita tampilkan diharapkan bisa mewakili seluruh peristiwa yang ingin kita sampaikan. Jangan lupa menambahkan keterangan, siapa orang yang ada di dalam foto kita. Selain foto, kita juga bisa menambahkan beberapa link ke website-website lain yang mendukung laporan kita.
Setelah semuanya siap, berita bisa di-upload ke website radio kita. Selamat mencoba.

Era Baru Radio Berita

Baru menikmati udara bebas pasca reformasi 98, radio berita saat ini harus berpikir keras untuk menarik pendengar yang hanyut diterjang banjir informasi. Tidak bisa dipungkiri, jumlah radio saat ini bertambah banyak dengan berbagai pilihan format siaran, demikian juga media lain pun banyak bermunculan, mulai tv nasional dan lokal, banyak pilihan tv berlangganan, koran nasional dan lokal, hingga internet mulai dari portal berita sampai blog dan social media yang memungkinkan semua orang dengan mudah mengakses informasi dan menjadi publikator berita serta jurnalis warga.

Beberapa tahun lalu, radio masih menjadi salah satu sumber informasi, terutama di daerah. Pada saat itu, kita menyajikan berita dengan runtut, komplit dilengkapi suara narasumber dan sebagainya. Namun sekarang, apakah radio cukup hanya menyajikan informasi dalam bentuk yang sama seperti beberapa tahun lalu? Jawabnya tidak. Mungkin hal ini belum terjadi, tapi besar kemungkinan akan terjadi. Keunggulan radio menyajikan informasi dengan cepat yang tak terpungkiri, saat ini telah tersaingi oleh kecepatan berita internet. Kondisi ini memaksa kita untuk tidak bisa berlama-lama bermain di kolam yang sudah keruh dengan menyajikan konten berita dalam kemasan baru.

Seiring dengan perubahan lingkungan dan kebiasaan pendengar, radio berita harus keluar dari tatanan berita yang konservatif. Sebenarnya pilihan bagi sebuah radio berita tidak hanya sekedar menjadi yang terlengkap dan tercepat. Kita bisa memberikan laporan mendalam, mengambil sudut pandang berbeda, mengemasnya dalam bungkus yang lebih “entertaining” dan lain sebagainya. Kita pelu memikirkan konten acara berita dari sudut pandang “need” pendengar, hindari menyajikan informasi dari “maunya” kita. Perlu kita ingat, bahwa tidak semua pendengar membutuhkan informasi yang sama. Perbedaan demografi dan psikografi pendengar mempengaruhi kebutuhan berita mereka.

Sebagai pelengkap kita juga bisa memanfaatkan situs social media yang ada, seperti menyediakan fasilitas on demand baik di website, blog maupun facebook, melengkapinya dengan berbagai hal yang tidak tersentuh oleh radio atau media lain, hingga membiarkan pendengar melengkapinya menjadi sebuah informasi yang lebih utuh. Melalui kolaborasi dengan new media, kita bisa melengkapi siaran berita kita dengan apapun mulai dari text, audio hingga visual baik foto, maupun video serta berbagai tambahan informasi dari pendengar. Bahkan dengan menggunakan twitter, informasi yang kita sampaikan telah mengabaikan aturan 5w 1h dan menganut aturan 140 karakter. Berbagai hal inilah yang tanpa disadari membuat radio keluar dari tatanan berita yang konservatif.

Sudah bukan jamannya lagi pendengar dipaksa duduk manis mendengarkan buletin berita dalam durasi yang panjang. Berita radio bukanlah sekedar berita, melainkan informasi apapun yang diinginkan pendengar kita untuk didengar. Berkreasilah. libatkan pendengar dan jangan ragu untuk keluar dari jalur agar program berita di radio kita tetap dapat dinikmati.

Tips seleksi calon penyiar

Seleksi calon penyiar adalah pekerjaan yang sudah akrab dilakukan oleh para program director, manager siaran atau station manager sebuah radio. Dalam posting kali ini saya akan berbagi pengalaman menyeleksi penyiar radio. Semoga bisa bermanfaat, juga bagi anda yang berminat menjadi penyiar radio.

Kemampuan dasar yang harus dimiliki Broadcaster / Newscaster
1. Kemampuan vokal:
• memiliki kualitas vokal yang bagus, bulat dan tidak pecah
• memiliki artikulasi yang jelas
• bisa berekspresi melalui suara
• bisa memainkan intonasi suara
• bisa mengatur kecepatan bicara
• cukup memiliki kemampuan verbal

2. Kemampuan personal:
• suka bicara dan bisa menjadi pendengar yang baik jika berhadapan dengan narasumber / saat melakukan wawancara
• memiliki spontanitas yang baik
• memiliki kepekaan terhadap situasi
• mampu menjaga emosi, terutama pada saat siaran
• percaya diri saat berbicara / siaran
• memiliki rasa ingin tahu
• bisa berkonsentrasi
• memiliki sense of humor

Point-point ini bisa kita temukan di awal seleksi melalui wawancara dan mendengarkan rekaman calon penyiar. Perlu diperhatikan, kualitas vokal yang baik, suka berbicara dan suka mendengar tidak bisa dilatih. Seseorang yang tidak bisa memiliki kemampuan tersebut sulit menjadi seorang penyiar radio. Sedangkan pelamar yang bisa memenuhi kemampuan dasar, akan lebih mudah untuk dilatih menjadi penyiar yang baik.

RETELLING (Menulis untuk telimga)

Meskipun kita bekerja di radio, kita tidak akan lepas dari pekerjaan tulis menulis. Tidak mungkin seorang penyiar bisa menyampaikan materi siaran, informasi atau berita yang terdiri dari beberapa kalimat secara instan tanpa persiapan sebelumnya. Dan seorang penyiar akan nampak lebih siap jika saat siaran dilengkapi dengan naskah siaran.

Seringkali saya menggunakan istilah retelling atau ‘menuturkan ulang’ untuk menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh scriptwriter maupun penyiar baik dalam penulisan naskah berita atau naskah siaran. Saat siaran, kita menuturkan ulang berita dan informasi yang kita dapat, serta menuturkan ulang ke pendengar apa yang ada dibenak kita. Bukan membaca ulang!

Kadang kita hanya mengajarkan penyiar untuk bisa siaran dengan baik, namun lupa mengajarkan bagaimana menulis naskah siaran yang benar. Bagaimana membuat tulisan untuk siaran radio?

Sejak kita sekolah, kita sudah mengenal tulis menulis. Namun, pada saat itu, kita diajarkan menulis untuk mata dimana kita menulis untuk dibaca orang lain dengan diam dan untuk kepentingan mereka sendiri, bukan untuk diucapkan. Sedangkan menulis naskah radio, adalah menulis untuk telinga. Dimana kita menulis sesuatu yang akan kita utarakan atau kita menulis sesuatu sebagaimana ingin kita dengarkan.
Mengapa harus ada perbedaan antara menulis untuk mata dan menulis untuk telinga? Jawabannya bisa diketahui jika kita memahami karakteristik dari kedua indra manusia ini dalam merespon kata-kata.

Mata
pada saat membaca dapat menampung beberapa kata dalam waktu yang bersamaan, bahkan melihat lebih dari satu baris kalimat sekaligus. Rata-rata pembaca dewasa hanya memerlukan waktu sepertiga detik untuk menangkap kumpulan kata yang dibacanya, berhenti sekitar seperempat detik untuk memahaminya, kemudian melanjutkan ke kelompok kata berikutnya. Jika ditengah perjalanan ada pengertian yang kurang dipahami, pembaca bisa kembali mengulang untuk melihat kelompok kata yang baru saja dibacanya.

Telinga
memahami kalimat yang didengarnya dengan menangkap arti kata per kata secara berurutan. Untuk bisa memahami makna dari perkataan yang didengarnya, pendengar harus menunggu sampai keseluruhan kalimat selesai dituturkan. Selain itu, jika ternyata tidak mengerti dengan pesan yang disampaikan, pendengar tidak bisa kembali melakukan pengecekan ulang atas kata-kata yang baru saja didengarnya.
Dengan demikian kita bisa ketahui, bahwa menulis naskah radio tidak bisa hanya sekedar menulis. Pada saat membuat naskah siaran, kita harus menggunakan bahasa tutur, bahasa percakapan sehari-hari yang mudah dipahami. Menulislah sambil mengucapkan apa yang kita tulis. Jangan takut untuk mengulang, mengganti kata atau mengganti kalimat yang terkesan tidak pas atau tidak enak diucapkan dan sulit diucapkan. Dengan menulis sambil mengucapkan, kita akan menghasilkan naskah siaran melalui conversational approach atau pendekatan percakapan, yang sangat disarankan dalam pembuatan naskah siaran radio.

LIMA KUNCI MENULIS UNTUK TELINGA
Menulis untuk radio, mulai dari naskah siaran, naskah iklan, naskah berita dan lain sebagainya, memiliki aturan yang berbeda dari menulis biasa atau menulis untuk media cetak. Menulis untuk radio adalah menulis apa yang ingin kita sampaikan dan dengarkan. Menulis untuk radio, adalah menulis untuk telinga.
Paling tidak terdapat 5 prinsip kunci yang perlu kita perhatikan untuk menulis naskah program radio.

1. diucapkan
Naskah radio bukan merupakan bahan bacaan tapi merupakan bahan ucapan yang akan disampaikan melalui suara penyiar. Jadi, isi tulisan sebaiknya menggunakan bahasa tutur yang biasa diucapkan sehari-hari. Dengan menggunakan kosa kata bahasa lisan, pendengar akan dengan mudah memahami artinya. Jangan takut untuk menggunakan kata-kata yang sama (pengulangan kata) asal penempatannya pas dan enak didengar. Gaya penyampaiannya harus alamiah, bukan dibuat-buat.

2. bersifat ‘sekarang’
Keistimewaan radio adalah kesegeraannya. Untuk itu penulisan naskah radio pun disarankan menggambarkan sesuatu yang sedang terjadi. Informasi yang disampaikan melalui radio sebagian besar bersifat langsung, begitu terjadi sesuatu bisa langsung disampaikan, meski tidak menutup kemungkinan penyiar menceritakan apa yang dialaminya diwaktu yang lalu.

3. pribadi
Sifat radio adalah personal. Meskipun pada waktu yang bersamaan yang mendengarkan radio jumlahnya bisa ribuan orang, mereka masing-masing mendengarkan sendiri-sendiri atau paling tidak dalam kelompok-kelompok kecil. Untuk itu, sebaiknya dalam naskah radio digunakan sapaan yang pribadi. Apa yang kita sampaikan bukan untuk masa dalam jumlah besar seperti saat berpidato, tapi lebih ke perseorangan. Radio adalah teman bagi pendengarnya, sehingga pada saat penyiar berbicara harus disampaikan seolah-olah berbicara dengan seorang teman.

4. didengar sekali
Sekali disiarkan, siaran radio tidak bisa diulang. Kecuali untuk program acara yang direkam, itupun baru bisa diulang jika memang ada jadual siaran ulang. Dengan demikian, harus disadari bahwa jika pendengar tidak paham dengan apa yang kita sampaikan, mereka akan mengalami kesulitan untuk mendengarkan ulang. Ingat, kita hanya memiliki sekali kesempatan untuk menyampaikan pesan kita ke pendengar.

Yang biasa membuat bingung pendengar:
- kalimat yang terlalu panjang
- penggunaan istilah-istilah tekhnis tanpa penjelasan
- terlalu banyak informasi yang disampaikan dalam satu kalimat
- ide / gagasan yang sulit dipahami

5. hanya suara
Suara adalah media kita untuk menyampaikan informasi kepada pendengar. Untuk itu jangan gunakan kata-kata yang kabur maknanya. Hindari kata-kata yang bunyinya berulang agar pendengar tidak bingung.
Misalnya: “Bangunan itu dibangun oleh kontraktor swasta” menjadi “Gedung itu dibangun oleh kontraktor swasta”

Hindari juga menggunakan kata-kata yang bunyinya mirip namun maknanya berbeda. Penggunaan tanda baca juga sangat penting. Seringkali terjadi, pada saat menyampaikan sesuatu, penyiar terhenti sejenak karena bingung hanya gara-gara penggunaan tanda baca pada naskah yang tidak tepat. Meski hanya sebentar, kesalahan ini akan diketahui oleh pendengar.
Misalnya: “Anjing mengejar orang gila” jika tidak ditulis dengan tanda baca yang benar, bisa menjadi: “Anjing mengejar orang gila//” atau “Anjing mengejar orang/ gila//”

Setelah naskah siaran selesai dibuat, bacalah dan ucapkanlah. Jika:
• tidak mudah dituturkan
• terdengar aneh
• tidak jelas / rancu
• terdengar kompleks / rumit

UBAHLAH sebelum terlambat.